12 SKPD Belum Mengajukan Lelang:
WAGUB PERLU TURUN TANGAN PERCEPAT PROSES
LELANG
Wakil Gubernur NTB diharapkan segera mengambil langkah untuk
mempercepat pelaksanaan proses lelang barang/jasa Pemprov NTB pada tahun
anggaran 2015 ini. Menurut catatan FITRA NTB, Hingga Medio April ini, ada 12 SKPD yang memerlukan intervensi Wagub
karena lamban mengajukan lelang ke ULP.
Sekretaris Jenderal FITRA NTB, Ervyn
Kaffah, mengatakan Wakil Gubernur NTB,
HM Amin, perlu turun tangan untuk
mempercepat proses lelang pada 12 SKPD Pemprov NTB, yang sampai dengan tanggal
15 April 2015 lalu, belum juga mengajukan lelang kepada ULP-LPSE NTB. “Wagub
perlu turun tangan segera, jangan menunda dan memberi kelonggaran kepada
SKPD-SKPD itu untuk melalaikan kewajibannya. Intervensi Wagub langsung penting dilakukan untuk memastikan lelang proyek-proyek tersebut
segera dilaksanakan,” katanya.
Menurut Ervyn Kaffah, Bulan Maret
hingga Akhir April adalah kurun waktu yang krusial dalam memastikan kelancaran
proses pengadaan barang/jasa, khususnya yang melalui metode lelang di ULP-LPSE.
“Bottle-neck yang menyebabkan lelang proyek kita di NTB selalu lambat beberapa
tahun terakhir ini, karena kita belum juga mempercepat proses persiapan
pra-lelang, yang idealnya berlangsung sepanjang Maret hingga Medio April.
Selain masalah dokumen dan jumlah PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yang terbatas,
factor paling berpengaruh adalah
kelalaian jajaran birokrasi dalam menaati jadwal atau time-line yang sudah
direncanakan. Kami kategorikan 12 SKPD ini masuk zone MERAH, perlu intervensi
segera dari Pimpinan,” tegasnya.
Ervyn menyebut, SKPD yang perlu
segera diintervensi itu ada dua kelompok SKPD. Kelompok SKPD Pertama adalah 7 SKPD yang sampai pertengahan April 2015
belum juga mengajukan lelang satu pun kepada ULP, padahal jumlah paket yang
mereka tangani relative besar. 7 SKPD tersebut yakni: Biro Umum, Dikpora, Dinas
Budaya dan Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta BPBD.
Sementara Kelompok SKPD Kedua
adalah SKPD-SKPD yang pada tahun anggaran 2015 ini sebenarnya menangani
masing-masing hanya 1 paket proyek saja, namun tidak juga mengajukan lelang
kepada ULP. “Ya, kewajibannya hanya 1 paket proyek saja. Tapi sampai
pertengahan April ternyata tak juga mengajukan lelang,” papar Ervyn. Tercatat ada 5 SKPD yang termasuk kelompok
ini, yakni: Disnakertrans, Dishubkominfo, Dinas Kehutanan, Dispenda, dan Kantor
Penghubung Pemprov NTB di Jakarta.
SKPD yang Belum Juga Mengajukan Lelang s.d 15 April 2015
|
||||||
No
|
SKPD
|
Nominal Lelang (Rp. Juta)
|
Jml Paket
|
|||
1
|
Biro Umum
|
4,016
|
11
|
|||
2
|
Dikpora
|
12,483
|
12
|
|||
3
|
Disbudpar
|
5,288
|
13
|
|||
4
|
Diskop dan UMKM
|
1,875
|
4
|
|||
5
|
Disnak dan Keswan
|
10,002
|
11
|
|||
6
|
Dislutkan
|
2,570
|
4
|
|||
7
|
BPBD
|
1,904
|
4
|
|||
|
||||||
SKPD yang Hanya Punya Kewajiban 1
Paket tapi Belum Juga Mengajukan Lelang s.d 15 April 2015
|
||||||
No
|
SKPD
|
Nominal Lelang (Rp. Juta)
|
Jml Paket
|
|||
1
|
Disnakertrans
|
344
|
1
|
|||
2
|
Dishubkominfo
|
477
|
1
|
|||
3
|
Dishut
|
520
|
1
|
|||
4
|
Dispenda
|
1,000
|
1
|
|||
5
|
Ktr. Penghubung
|
855
|
1
|
7 SKPD Perlu Perhatian Khusus.
Selain 12 SKPD tersebut, FITRA NTB
mengharapkan jajaran Pemprov NTB memberikan perhatian khusus (Perkus) terhadap 7 SKPD lainnya, yang meskipun sudah
mulai mengajukan lelang dengan jumlah terbatas, namun sisa paket proyek yang
menjadi kewajibannya masih tinggi. 7 SKPD itu yakni: Dinas Pertanian TPH, Dinas
Perkebunan, RSJP, Bakorluh, Dinas KEsehatan, Distamben, dan RSUP.
SKPD dengan Sisa Kewajiban Mengajukan Lelang yang Masih Tinggi
|
||||||
No
|
SKPD
|
Lelang
|
Blm
mengajukan Lelang
|
|||
Rp
(juta)
|
Jml
Pkt
|
Jml
Pkt
|
Rp
(juta)
|
%
|
||
1
|
Dinas Pertanian TPH
|
12,476
|
10
|
9
|
11,676
|
94.00
|
2
|
Disbun
|
15,441
|
10
|
9
|
14,441
|
93.52
|
3
|
RSJP
|
13,136
|
8
|
7
|
12,906
|
98.25
|
4
|
Bakorluh
|
3,330
|
3
|
2
|
3,195
|
95.95
|
5
|
Dinas Kesehatan
|
5,179
|
7
|
5
|
3,222
|
62.21
|
6
|
Distamben
|
17,881
|
16
|
6
|
12,132
|
67.85
|
7
|
RSUP
|
132,572
|
16
|
6
|
94,367
|
71.18
|
Sebagai contoh, Dinas Pertanian
TPH, dengan 10 Paket Proyek senilai Rp. 12,476 milyar tahun ini, baru mengajukan lelang hanya 1 paket proyek,
sehingga tersisa 9 paket proyek (Rp. 11,676 milyar). Ini berarti Dinas baru
mengajukan lelang hanya senilai 6% dan masih tersisa 94% anggaran proyek yang
harus segera diajukan lelangnya ke ULP. Sementara Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
misalnya, dengan 8 Paket Proyek senilai Rp. 13,136 milyar namun baru mengajukan
lelang hanya 1 paket proyek, sehingga
tersisa 7 paket proyek (Rp. 12,906 milyar), atau masih tersisa 98,25%. Contoh
lainnya adalah RSUP yang tahun ini menangani 16 Paket Proyek senilai Rp.
132,572 milyar namun masih tersisa 6 paket yang belum diajukan lelang dengan sisa
anggaran cukup signifikan mencapai Rp. 94,367 milyar. Atau tersisa paket proyek
yang belum diajukan lelangnya dengan nominal diatas 70% (baca: 71,18%) dari
keseluruhan nilai proyek di SKPD ini.
Menurut Catatan FITRA NTB, pada
tahun 2015 ini, dengan APBD sebesar Rp. 2,993 Trilyun, nilai pengadaan
barang/jasa Pemprov NTB mencapai Rp. 1,23 Trilyun atau sekitar 41% dari total
anggaran (Artinya sebagian besar anggaran diperuntukkan bagi Belanja Tidak
Langsung, termasuk Belanja Pegawai, belanja Hibah, dlsb). Nominal pengadaan
melalui lelang pada ULP-LPSE NTB adalah senilai Rp. 510,049 milyar, sementara
sisanya dengan nominal yang jauh lebih besar ditetapkan oleh Pemprov ditempuh melalui
metode non-lelang senilai Rp. 720 milyar. Dari total 44 SKPD Pemprov NTB, ada
28 SKPD yang melakukan lelang melalui ULP-LPSE.